PETASULTRA.COM – JAKARTA. Bibir sumbing bisa terjadi pada siapa saja karena ini merupakan kelainan bawaan akibat gagalnya proses penyatuan bagian anatomi wajah, di mana terdapat celah atau belahan pada bibir bagian atas.

Angka kejadian bibir sumbing di Indonesia per tahunnya mencapai 7.000 kasus sebut Letkol. ckm. dr. Denny Irwansyah, Sp.Bp RE, dokter spesialis bedah plastik dan rekonstruksi, sekaligus Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik (PERAPI).

“Secara statistik, jadi kurang lebih dari 300 kelahiran normal, ada 1 anak dengan kelahiran sumbing.” ujarnya saat acara Media Briefing, Senin (13/05), di Hotel Mercure Cikini, Jakarta.

Kata dr. Denny, penyebab bibir sumbing ini multifaktorial, dalam arti tidak hanya genetik atau gangguan nutrisi saja, tetapi bisa terjadi karena suatu hal yang kompleks. Beberapa penyebab bibir sumbing pada anak antara lain Hipoxia (gangguan sirkulasi fetomaternal) dan Kontrasepsi.

Dijelaskan dr Denny penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat, kontrasepsi yang telah expired, atau penggunaan kontrasepsi yang tidak dikonsultasikan sebelumnya dengan dokter kandungan bisa menyebabkan bibir sumbing pada anak.

Baca Juga  Dishub kota kendari lakukan Tindakan nyata dalam menanggulangi matarantai Covid-19

Make up yang mengandung air raksa atau Hg bisa menjadi penyebab bibir sumbing. Tidak hanya menyebabkan sumbing bibir, kandungan air raksa ini juga bisa menyebabkan kelainan konginetal lainnya.

Rokok merupakan polutan yang menyebabkan terjadinya inflamasi kronis. Inflamasi kronis ini bisa menjadi penyebab kelainan kongenital seperti bibir sumbing, penggunaan obat – obatan tanpa resep dokter saat hamil, dan Radiasi.

Faktor keturunan (orang tua) umumnya diketahui sebagai penyebab bibir sumbing pada anak. Berikut persentase kemungkinan menurunnya bibir sumbing pada anak :

Bila orang tua normal, anak pertama berpotesi sumbing, lalu persentase anak berikutnya menderita bibir sumbing sebesar 4 persen.

Bila salah satu orang tua sumbing, anak pertama berpotensi sumbing, lalu persentase anak berikutnya menderita bibir sumbing sebesar 17 persen.

Bila kedua orang tua sumbing, persentase anak menderita bibir sumbing sebesar 60 persen.

Saat Si Kecil mengalami bibir sumbing, tak jarang orang tua merasa bersalah dan malu. Padahal bibir sumbing merupakan kondisi yang bisa dideteksi sejak kehamilan. “Bibir sumbing sangat memungkinkan dideteksi saat kehamilan, apalagi sudah ada teknologi USG 3D bahkan 4D. Mulai usia kandungan 4 bulan ke atas sudah bisa dideteksi,” jelas dr. Denny, seperti dikutip motherandbaby Rabu (15/05/2019).

Baca Juga  Pengurus Muhammadiyah Di Tinanggea Konsel Bagikan Paket Sembako

Pencegahan bibir sumbing selama kehamilan di antaranya bisa dilakukan dengan memenuhi nutrisi, menghindari radiasi, dan memerhatikan penggunaan obat – obatan selama hamil.

Dokter Denny juga mengungkapkan kondisi bibir sumbing ada solusinya yaitu lewat operasi. Operasi bibir sumbing ini bisa dilakukan sejak dini dengan beberapa syarat yang disebut Rules of Ten, yaitu berat badan lebih dari 5 kg, usia lebih dari 10 minggu (3 bulan), dan kadar HB lebih dari 10 gr.

“Sebagai lembaga amal yang fokus menyediakan 100 persen operasi gratis perbaikan celah bibir/langit, kami menggunakan pendekatan berkelanjutan dan komprehensif. Hingga saat ini, Smile Train telah membantu lebih dari 75.000 anak Indonesia mendapatkan senyumnya kembali,” ucap Deasy Larasati, Program Director dan Country Manager Smile Train Indonesia.

Tidak hanya memberikan operasi gratis, Smile Train juga memberikan perawatan pasca operasi dan terapi yang perlu dilakukan oleh anak yang telah melalui operasi. Tujuannya adalah untuk memastikan kemampuan anak agar dapat makan, berbicara, mendengar dan bernapas seperti seharusnya. (Red/*)

Baca Juga  Petani di Muna Sambut Suka Cita Masa Panen Raya Ditengah Ancaman Pandemi COVID-19

[artikel number=5 tag=”anak”]