PETASULTRA.COM – MUNA. Stigma negatif masyarakat terhadap pandemi Covid-19, rupanya tidak hanya dialami bagi orang yang dinyatakan positif saja, tetapi dampak itu turut dialami oleh keluarga terdekat mereka.
Seperti yang dialami para keluarga terdekat (orang tua/istri/suami/saudara/anak) dari ketujuh warga Muna yang dinyatakan positif terpapar Covid-19, mereka harus menerima sanksi sosial ditengah masyarakat dengan dikucilkan.
Mirisnya, bahkan sanksi sosial juga diterima dari kerabat sekalipun yang terkesan ketakutan hanya untuk sekedar membantu apa yang menjadi kebutuhan sehari-hari saat menjalani isolasi mandiri didalam rumah.
Penelusuran PetaSultra.Com, jika keluarga terdekat dari ketujuh warga muna positif terpapar Covid-19 ini, begitu terguncang dan nyaris depresi atas perlakuan masyarakat.
Bagaimana tidak saat hendak berbelanja memenuhi kebutuhan dalam sehari saja tak seorangpun masyarakat yang mau menerima uang dari mereka, begitu juga saat berbelanja dikios tetangga juga mengalami hal serupa bahkan sampai ditutupkan pintu.
“Jangankan untuk keluar berbelanja, buka pintu rumah saja kami sudah diintip, kami harus bagaimana lagi, tetap dirumah mati kepalaran, saat ini kami hanya harapkan perhatian dari pemerintah,” kisah warga yang tidak ingin dipublish identitasnya, Rabu (22/4/2020).
Dengan raut wajah nampak sedih dengan mata berbinar-binar, Ia pun menyayangkan sikap dari kerabat dekatnya sendiri, yang ikut menghindar.
“Teleponku saja tidak ada yang mau angkat, jadi saya hanya SMS kalau takut antarkan makanan gantungkan saja dipagar rumah, padahal hasil tes kemarin saya negatif,” ucapnya dengan penuh emosional.
Mengetahui hal itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Muna, tak tinggal diam donasi logistik dari para dermawan yang masuk melalui posko komando Satgas Percepatan Penanganan Covid-19, langsung disalurkan terhadap keluarga terdekat ketujuh warga positif terpapar virus corona yang jalani isolasi mandiri didalam rumah.
“Tadi itu kita antarkan dua karung beras (10ltr), dua dos mie instan, dua botol minyak goreng,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kab. Muna, La Ode Ikbar Rifai, SE.
Menurut Ikbar Rifai, isolasi diri secara mandiri itu dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19, jangan dimaknai isolasi sosial yang kemudian dikucilkan.
Olehnya itu dia berharap agar masyarakat sadari jika isolasi mandiri bukan berarti menjauh dari keluarga.
“Jadi bukan tidak bisa ketemu saudara, tidak bisa ketemu orangtua, tidak bisa bicara sama anak, tetapi jaraknya yang diatur,” ungkapnya.
Penulis: Arto Rasyid