PETASULTRA.COM – BANJARMASIN. Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Nahar hadiri Forum Komunikasi Keluarga Anak Penyandang Disabilitas di Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Kamis (16/05/2019).

Diketahui orang tua adalah unsur terdekat pada anak disabilitas tetapi mereka tidaklah sendiri, masyarakat dan pemerintah harus ikut berperan terutama terkait pelaksanaan kebijakan demi pemenuhan hak dan perlindungan terbaik bagi Anak Penyandang Disabilitas.

“Jangan pandang remeh Anak Penyandang Disabilitas. Kita semua harus sadar bahwa Anak Penyandang Disabilitas adalah anak kita semua. Tumbuhnya kemampuan dan kepercayaan diri mereka berawal dari keluarga yang memberikan pemahaman bahwa semua makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah sama. Selain dibutuhkan ketulusan dan kesadaran keluarga untuk memberikan perlindungan kepada mereka, masyarakat dan pemerintah juga harus ikut berperan, terutama dalam memberikan perlindungan terhadap diskriminasi dan melaksanakan regulasi demi memenuhi hak mereka. Ingat, orang tua tidak sendirian dalam merawat anak – anak mereka,” jelas Nahar.

[artikel number=5 tag=”kesehatan”]

Nahar menambahkan, terdapat beberapa kebijakan terkait Anak Penyandang Disabilitas, di antaranya kesehatan, sosial, dan pendidikan. Misalnya memerlukan layanan Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Kemen PPPA dan Dinas terkait melakukan upaya yang sifatnya membutuhkan koordinasi, memberikan pelayanan, dan penguatan kelembagaan.

Baca Juga  Di Tetapkan Tersangka Ini pasal Yang Disangkakan Dirut PT BNP Dan PT BTM

Salah satu orang tua Anak Penyandang Disabilitas, Latifah mengatakan, “Jujur saya merasa bersyukur dikaruniai Anak Penyandang Disabilitas. Saya menanamkan prinsip kasih sayang dan kesabaran ketika merawat anak saya. Ketika ia mengalami diskriminasi oleh teman – teman sebayanya, saya langsung mengarahkannya untuk menjalani kegiatan yang ia sukai, yaitu renang. Ia juga sangat menyukai matematika, maka dari itu saya sering mengasah kemampuan berhitungnya melalui permainan. Saya bersyukur selama ini anak saya bisa bersekolah di SLB tanpa hambatan. Saya juga berharap agar pemerintah bisa terus berperan hingga anak saya mampu menyelesaikan jenjang pendidikannya,” tutur Latifah.

Senada dengan Nahar dan Latifah, Analis Kebijakan Madya Kementerian Sosial, Eva Rahmi Kasim mengatakan bahwa berkat keteguhan orang tua, seorang Anak Penyandang Disabilitas mampu keluar dari stigmatisasi negatif terhadap dirinya. Eva juga mendorong agar para orang tua Anak Penyandang Disabilitas di Indonesia juga mampu melakukan advokasi dengan Pemerintah untuk pemenuhan hak, serta upaya pembelaan dan pengakuan terhadap anak – anaknya.

Baca Juga  Presiden Jokowi Pantau Dan Segera Perbaiki Konstruksi Di Palu
Forum Komunikasi Keluarga Anak Penyandang Disabilitas Banjarmasin.

Forum Komunikasi Keluarga Anak adalah wadah bagi keluarga yang memiliki anak disabilitas untuk bersuara, menyalurkan aspirasi, serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman untuk melindungi Anak Penyandang Disabilitas.

Dalam forum tersebut juga hadir beberapa narasumber lainnya, yakni Kepala Dinas P3A Kalimantan Selatan, Husnul Hatimah, Akademisi, Imam Yuwono, serta Pendiri Saraswati Foundation, Reshma Wijaya Bhojwani.

“Jika orang tua Anak Penyandang Disabilitas belum terlalu paham terkait penanganan bagi anak – anaknya, jangan sungkan – sungkan mengadu kepada dinas – dinas terkait di daerah masing – masing. Diharapkan dalam forum ini dapat dilakukan pemetaan terhadap jumlah Anak Penyandang Disabilitas di daerahnya masing – masing. Selain itu, semoga tetap terjalin silaturahmi antar orang tua Anak Penyandang Disabilitas agar dapat terpantau perlindungan dan pemenuhan hak anak – anak mereka,” tutup Nahar.