PETASULTRA.COM – JAKARTA. “Eh kupu – kupu bawa kabar apa ka?” sapa Yohana pada kupu – kupu berwarna keemasan yang menerobos masuk melalui jendela rumah dinasnya di Kompleks Perumahan Dosen Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua pada Selasa 21 Oktober 2014.
Diketahui bagi masyarakat Papua, kupu – kupu yang masuk ke beranda rumah dipercaya akan membawa kabar baik, tak disangka berselang 15 menit kemudian Yohana menerima telepon dari Rumah Transisi mendapat Instruksi dari seorang bernama Andi jelas bahwa Yohana harus segera terbang ke Jakarta untuk menemui Presiden terpilih 2014, Joko Widodo.
Selintas tulisan di atas terangkum dalam buku biografi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise berjudul Dunia Yohana, Inspirasi dari Ufuk Timur yang diluncurkan hari ini, Kamis (17/10/2019).
Biografi kisah Menteri Yohana dari kesehariannya sebagai dosen dan ibu tiga anak, masa – masa ketegangan sebelum akhirnya dilantik sebagai Menteri Perempuan pertama dari Papua hingga kesibukan beliau menangani isu perempuan dan anak di Kemen PPPA ditulis Yudhistira ANM Massardi yang mampu mengungkap berbagai hal yang tidak banyak diketahui oleh orang awam tentang sosok Yohana, tugas – tugas penting Kemen PPPA sebagai kementerian koordinatif dan isu perempuan dan anak yang sangat strategis dan kritis.
Peluncuran buku biografi dikemas dalam bentuk talkshow dipandu oleh Jurnalis Metro TV Prita Laura, bagi Prita Menteri Yohana menorehkan kesan mendalam saat mengikuti kunjungan kerja ke Afghanistan. ”Beliau adalah pejabat Indonesia pertama yang berkunjung ke Afghanistan, negara penuh konflik. Kunjungan terakhir Pemerintah Indonesia ke Afghanistan dilakukan Presiden Pertama Soekarno pada tahun 1961. Kenekatan beliau akhirnya membawa inspirasi bagi perjuangan pemberdayaan perempuan Afghanistan.” ungkap Prita.
Ketua Komisi 8 DPR RI, Muhammad Ali Taher terkesan kesederhanaan seorang Yohana, ”Menurut saya, beliau adalah Menteri paling sederhana.Tapi dibalik kesederhanaannya, beliau adalah sosok yang menyimpan optimisme merubah masa depan perempuan dan anak, seorang intelektual alam dengan karakter luar biasa.” ungkapnya.
Sedangkan Kak Seto (Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) menilai Menteri Yohana adalah sosok yang lembut sekaligus tegas. ”Beliau inspirasi bagi saya, menghadapi berbagai kasus perempuan dan anak dengan tulus, penuh kasih tetapi juga tegas pada predator anak yang melanggar hak – hak anak Indonesia.” ujar Kak Seto.
Menteri Yohana menyatakan cukup bahagia dengan beberapa pencapaian Kemen PPPA antara lain disetujuinya Revisi terbatas UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan terkait pembatasan minimal usia pernikahan, menginisiasi lahirnya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, UU No.17 tahun 2016 tentang pemberatan hukuman untuk pelaku kekerasan seksual pada anak dengan metode suntik kimia/kebiri dan komitmen dari 520 Kabupaten/Kota menuju Kabupaten/Kota Layak Anak.
Di akhir jabatannya sebagai Menteri PPPA, Menteri Yohana menyatakan ingin pulang dan kembali mengajar di Papua. ”Saya adalah dosen dan saya terpanggil untuk kembali bergabung mengajar bersama kolega saya di kampus Universitas Cendrawasih Jayapura. Saya tidak punya ambisi apa – apa. Saya terpanggil untuk ikut mempersiapkan generasi terbaik yang akan membangun Papua ke depan.” pungkas Menteri Yohana.
Ketua Dewan Adat Papua Peter Yarangga menyambut baik keinginan Menteri Yohana kembali ke kampus. ”Ibu Menteri adalah sosok perempuan yang mewakili perempuan hebat di tanah Papua masa depan, karena Papua bagian dari Indonesia dan Indonesia bagian dari dunia.” ujarnya.
Pendiri Paragon Technology and Innovation Nurhayati Subakat pendukung utama buku biografi menjelaskan Paragon mengambil inisiatif mewujudkan keinginan Menteri Yohana dan Kemen PPPA membuat buku biografi karena pihaknya melihat pencapaian Menteri Yohana dianggap hal yang luar biasa dan perlu didokumentasikan agar menjadi bahan inspirasi masyarakat. (Red)