PETASULTRA.COM : KENDARI – Mungkin sebagian orang tidak akan mampu melakukan pekerjaan yang bisa saja membahayakan nyawa sendiri maupun nyawa orang lain. Namun hal itu tidak berlaku bagi Djunaidi, pria asal Selayar Sulawesi Selatan (Sulsel) ini telah mengarungi perjalanan karir yang cukup panjang hingga segala medan berbahaya pun telah banyak dilaluinya.
Tugas yang saat ini di embannya sebagai Kepala Kantor Basarnas Kendari, juga mulai ramai diperbincangkan.Bukan karena dia seorang miliarder, tapi lebih tepatnya dia merupakan sang Superhero berkostum orange yang saat ini telah banyak melakukan track rekor pada Instansi pencarian dan pertolongan di Sultra.
Namun dengan begitu, pria kelahiran Makassar 27 Februari 1975 ini tak sedikit pula diterjang cobaan demi cobaan. Bagi Djunaidi hidup tak semudah bermimpi diatas awan, begitupula dengan kisah hidupnya yang penuh dengan banyak lika-liku.
Bercerita soal masa kecil, Djunaidi tak tanggung-tanggung tertawa terbahak-bahak saat dihadapan awak media PetaSultra.com, Senin (25/3/2019). Bagi dia, impiannya saat masih duduk dibangku sekolah tidak seperti profesi yang saat ini dilakoninya.
” Hahahah, Nah karir saya itu dimulai setelah tamat di SMA Negeri 5 Makassar, ketika itu saya pun masuk ke akademi pelayaran maritim, dan disitu saya diangkat sebagai komando batalyon selama dua tahun,”ungkap Djunaidi dengan wajah senyum
Setelah lulus dari sekolah Pelayaran di Makassar, Djunaidi akhirnya mendapat pekerjaan yang sangat luar biasa. Dua tahun ia bekerja perusahaan Roufest yang merupakan perusahaan dengan jumlah 40 Kapal Ferry rute Thailand dan Langkawi Malaysia membuat dirinya cukup lama mendiami negeri jiran Malaysia.
” Setelah itu kemudian saya pindah di perusahaan Pasifik Sakti kurang lebih satu tahun, dan setelah itu saya pindah ke Singapura bekerja di Perusahaan Amerin disana kapalnya Merin Jet yang berkapasitas 75 ribu ton, rute Dubai dan Arab Saudi, saya bekerja disana selama kurang lebih dua tahun,” ucapnya.
Namun, saat hendak melanjutkan karirnya menuju negeri Gingseng Korea, Djunaidi rupanya tidak dapat meneruskan perjalanannya. Dia pun dinyatakan lulus di Instansi Basarnas. Dan akhirnya Djunaidi pun memulai karir barunya dengan menjabat sebagai Nahkoda KN SAR 307 di Makassar tahun 2003-2008.
Setelah itu dia pun menjabat sebagai koordinator pos SAR Selayar kurang lebih lima tahun. Kemudian dia ditarik kembali ke Makassar sebagai kepala urusan latihan dan diklat.
“Dari situ kemudian saya hijrah ke Kota Gorontalo sebagai Kasubsie potensi SAR selama tiga tahun, dan lanjut ke kota Ternate disitu saya menjabat sebagai KasiOps SAR selama tiga tahun,” ujarnya.
Setelah beberapa kali menjabat, dia pun akhirnya mengikuti sekolah Basarnas Siswa Kursus Calon Kepala (Suscaka), dimana munurut Djunaidi, kursus tersebut merupakan latihan untuk menaikan karir jabatan, dan selama dua bulan dia pun menjadi anggota pada kursus tersebut.
“Setelah saya lulus Suscaka saya pun dilantik menjadi Kakansar Tanjung Pinang, karena disana kapalnya besar ada tiga unit dan karena saya mantan Nahkoda jadi saya dipercayakan untuk merawat kapal dan peralatan disana selama empat bulan, dan pada akhirnya tanggal 14 November 2017 saya resmi menjabat sebagai Kakansar Kendari, dimana disini memiliki peralatan yang sangat riskan sekali, untuk itu perawatannya harus dibawa kendali pelaut,” papar Djunaidi.
Selama mengabdikan diri di Bumi Anoa ini, semangat dalam bertugas tercurah berkat dukungan dan doa istri Hasnawaty dan ketiga anaknya yakni Agung Anugerah Bilang Pratama, Aqil Abghari Dwikaputra dan Afif Ailanif Tristan Triputra.
Tidak luput pula seluruh anggota personil SAR Kendari yang juga menjadi kebanggaan sendiri bagi Djunaidi.
“Jadi saya menjabat disini beda dengan daerah lain, kalau daerah lain spesifik memiliki watak keras, tetapi disini orangnya bersahabat, oleh sebab itu, saya bertujuan bagaimana seorang pemimpin dan anak buahnya bisa profisionalisme, artinya bagaimana kita membuat sesuatu yang baru di kantor ini dengan nyaman dan enak dipandang, sehingga menjadi rumah yang utuh dalam satu keluarga,”tutupnya
Laporan : Rosa
Editor : Ifal Chandra