oleh

Invisible Hopes Kisah Nyata Wanita Hamil Melahirkan Dan Merawat Anaknya Di Penjara

PETASULTRA.COM – SURABAYA. Kasus pelanggaran hukum sering terjadi sehingga sebagian orang harus mendekam di dalam jeruji penjara. Mereka yang ditangkap dan terbukti bersalah dan di vonis penjara wajib menjalani dinginnya jeruji penjara dan tak pandang bulu itu lelaki atau wanita.

Pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan sebagian napi memang menjadi tanggung jawab mereka masing – masing tetapi ada masalah yang harus diatasi bila napi tersebut adalah wanita dengan kondisi hamil dan harus melahirkan dalam penjara bahkan anak – anak mereka yang dilahirkan harus dirawat dalam penjara.

Kisah itu lah yang diangkat oleh Lam Horas Production yang di sutradarai Lamtiar Simorangkir dalam film nya berjudul ‘Invisible Hopes’ yang berhasil memenangkan Festifal Film Indonesia 2021 (FFI) dengan kategori film dokumenter panjang.

Dari informasi seorang teman yang aktifis anak dirinya nekat melakukan reset kebenaran informasi tersebut dengan biaya seadanya sehingga di produksi lah film tersebut dengan melakukan izin kesegala penjuru agar dapat masuk dan shuting dalam penjara. Selasa (15/02/2022).

Selama 6 bulan dirinya bersama temannya berkeliling dipenjara Indonesia dan mencari informasi tentang kondisi para napi wanita yang sedang hamil termasuk anak – anak mereka yang harus dibesarkan dalam penjara hingga usia 2 tahun.

Kondisi memprihatinkan ini membuat Lamtiar berupaya menyelesaikan film nya dengan mengisahkan khusus kehidupan dilapas pondok bambu demi kepentingan film walau cerita film nya terinspirasi dari kehidupan empat lapas yakni 2 di Jakarta dan 2 di Bandung.

Dirinya memastikan pembuatan film tersebut tak bertujuan menyalahkan siapapun atau instansi manapun tetapi negara wajib hadir untuk menyelesaikan masalah yang ada ini, “kami sudah sampaikan ke Kementerian PPPA bahkan Presiden harusnya juga sudah mengerti karena hadir waktu penyerahan piala FFI yang kami terima tersebut.” jelasnya di sebuah bioskop di Surabaya saat mengadakan Nobar.

“Selama 6 bulan kami shuting dipenjara saya menemukan setidaknya 50 ibu hamil dan 16 anak ditambah lagi 20 anak selama 6 bulan shuting dalam lapas,” tambah Tiar sapaan akrabnya.

Tiar mengatakan kondisi ini tak adil bagi kehidupan anak – anak yang orang tuanya menjadi narapidana, “bayangkan tak ada tempat bermain bagi mereka dan harus merasakan kerasnya kehidupan penjara walau masih balita. makan pun tak diberikan dalam penjara. Orang tua harus membiayai sendiri biaya hidup anaknya atau terkadang didapat dari donatur, Negara dipastikan tak hadir bagi kehidupan mereka.” Tegasnya.

Tiar berharap munculnya film ini bahkan memperoleh nominasi dari FFI negara harus hadir menyelesaikan kondisi tersebut. “Anak tak seharusnya hidup dalam penjara dan perempuan punya kebutuhan berbeda saat mereka hamil punya kebutuhan khusus yang harus diperhatikan. Jangankan dalam penjara di luar pun mereka sangat membutuhkan perlakuan khusus,” Tutupnya. (Juliman)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *