PETASULTA.COM : KONAWE – Rasa sedih dan pilu dirasakan oleh salah satu anggota Polres Konawe dikala ia mendengar laporan masyarakat bahwasanya ada seorang nenek yang sangat serba keterbatas. Dia adalah Mak Epong wanita lansia 70 tahun itu, tinggal di Jalan Kuliasa, Kelurahan Puosu, Kecamatan Tonggauna, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Polisi yang enggan disebutkan namanya ini bercerita bahwa Mak Epong yang tinggal berdua bersama anaknya bernama Kin, meski begitu Kin rupanya menderita sakit pada kemaluan dan tak kunjung sembuh. Segingga Kin pun tidak bisa bekerja unruk mencari nafkah, mereke berdua hanya bisa bertahan hidup dengan mengharapkan bantuan dari tetangganya.
Lanjut cerita, sebelumnya Epong adalah transmigrasi dari jawa tahun 1977 pertama di tempatkan di Moramo,namun pada tahun 1982 suaminya meninggal dan di kebumikan di Kecamatan Moramo. Dari hasil pernikahannya, Epong di karuniai 3 orang anak, diantaranya 2 laki-laki dan satu perempuan.
Kehidupan sehari hari merekapun sangat sulit, bayangkan seorang ibu menjadi tulang punggung, kerja banting tulang sebagai buru kasar cetak batu merah di Ranomeeto. Dan sampai pada akhirnya mak epong pun membawa ke tiga anaknya untuk berkebun di lahan milik pak Saenal di desa Ambepulu, Konawe.
Ditambah lagi saat ini mereka hidup serba kekurangan dan anak ke tiga yang laki-laki di asuh oleh H Pattah dan informasi sekarang sudah berkerja sebagai pegawai honorer pengairan di sengkang, sedangkan anak permpuan sudah menikah dan ikut suaminya ke kalimantan sebagai buruh kelapa sawit.
Namun sayang, kedua anak mak Epong yang berada di perantauan rupanya belum bisa memberikan kehidupan yang layak buat orang tua atau ibu kandung mereka. sebab, kedua anak mak epong juga belum memiliki penghasilan yang cukup.
Alkisah nenek epong yang diceritakan oleh sang polisi anggota polres Konawe saat mengetahui nasib yang dialami nenek epong.
” Jadi ceritanya itu berawal pada bulan september 2018, saya yang kebetulan bertamu di sala satu tetangga Epong mendapat informasi bahwa ada seorang nenek bersama anaknya membutuhkan uluran tangan untuk menyambung hidup sehari-hari. Saya pun berniat untuk bertemu dengan mak Epong dan menyambangi di rumahnya,”paparnya, Senin (4/3/2019)
Pada keesokan harinya sang polisi itu langsung mengunjungi rumah Nenek Epong untuk memastikan informasi yang ia dapatkan, dan setibanya di rumah wanita lansia itu (Mak Epong) dia pun memperhatikan keadaan dan kondisi Mak Epong. Sontak, polisi itu pun menangis dalam hati menahan rasa pilu setelah melihat keadaan Mak Epong.
“Saya pun bergegas ke dapur dan melihat apa yang di makan oleh Mak Epong dan anaknya, ternyata mereka hanya makan sayur nangka yang sudah di rebus air tanpa nasi. Tetapi saya masih belum yakin ke esokan harinya saya pun berkunjung lagi dan langsung menuju ke dapur dan melihat di dalam belanga ternyata masih ada sayur nangka sisah kemarin dan saya pun bertanya. “Mak makan apa”, sahut ma epong makan nasi dengan sayur nangka saya kemudian balik bertanya mana nasinya? jawab Mak Epong sudah habis,” ujarnya.
Polisi itu pun kembali merenung, kemungkinan saja jawaban Mak Epong hanya menutupi kekurangannya. Ia pun beranikan diri untuk memeriksa se isi rumah dan tidak menemukan apa-apa selain sayur nangka yg sudah di rebus dengan air. “Saya pun duduk membisu diam tidak bisa berkata apa apa tanpa sadar air mataku menetes dan menangis membayangkan bagimana “JIKA ” hal ini yg terjadi pada kedua orang tuaku, bagiamana kalau terjadi diriku sendiri,” ungkapnya sembari meneteskan air matanya saat menceritakan pengalamannya di hadapan awak media
“Ya Allah maafkan hambamu yg terlambat mengetahui hal ini sambil menetes air mata,” curhatnya lagi.
Melihat hal itu, seketika Ia pun bergegas keluar mencari toko untuk membeli beras, Indomie, dan juga telur serta gula, kemudian balik menuju rumah Mak Empong dan menyerahkannya dan juga memberikan sedikit uang untuk belanja ikan atau lauk yang lain serta membayar listrik.
“Hari demi hari berlalu saya sering berkunjung ke rumah Mak Epong membawakan sembako serta memastikan keadaan MaK Epong dan kesehatannya, dan alangkah tersipunya saya pada saat itu. Saya baru sadar ternyata rumah yg di tempati Mak Epong sudah tidak layak huni atapnya sudah bocor-bocor, tempat tidur yang sudah tidak layak atau penuh dg kutu busuk. bahkan ada sedikit bau yang menyengat dan sangat terasa saya pun bertanya, Mak kalau hujan berlindung kemana? dengan nada rendah Nenek Epong menjawab tetap di rumah sambil menutupi lubang lubang atap yang bocor dengan daun seadanya, bahkan berpinda ke sisi lain untuk menghindari hujan,”ceritanya
Lubang atap yang bocor itu membuat dirinya kembali meneteskan air mata mengingat ke dua orang tuanya yang telah tiada. Sembari ia membayangkan bagimana jika hal ini terjadi pada kedua orang tuannya. Dirinya hanya bisa memanjatkan doa. “Ya Allah berikan lah rezeki kepada hambamu ini agar bisa membantu meringankan beban Mak Epong,” beber sang Polisi
Hari berlalu, Ia berinisiatif dengan niat yang tulus berkeinginan untuk merenovasi rumah Mak Epong. Dana yang ia kumpulkan setiap ia menerima dana Perwabnya secara diam-diam tanpa sepengetahuan sang istri dia pun langsung pergi ke toko bangunan Rasyanti untuk DO (membayar dengan dicicil) Seng bahkan uang Arisannya istrinya diam diam ia ambil buat tambahan DO Seng.
Kemudian pada suatu hari ia pernah ditanya oleh istrinya sekali namun ia berkelit. “Ah kamu malas pergi arisan, saya tidak berani tanyakan apa lagi minta padahal bukan karena malas tetapi sibuk mengajar dan mengurus anak saya yang masih bayi,” tuturnya.
Hari pun berlalu, dia pelan-pelan mengambil gaji Remonisasi yang ia selalu cicil sedikit demi sdikit dengan alasan beli bensin dan lain-lain. Sang Istri pun tidak pernah protes bahkan ia sering pinjam uang di Bendahara intel dengan alasan kebutuhan mendadak.
“Kemudian puncaknya waktu meninggal ayahku saya mendapat bantuan uang duka dari rekan saya seangkatan sebesar 3 juta semua dana yang terkumpul kurang lebih hampir 10 juta dan saya pun membeli kayu bahan-bahan rangka rumah paku dan lain-lain. Bahkan dari uang tersebut masih kurang, saya ambil lagi uang tabungan untuk beli tripleks termasuk ongkos tukang yang kebetulan anak angkat dar Mak Epong sehingga saya menyewa tukang dengan harga yang sangat sangat terjangkau,”terang sang Polisi
Keseharian dalam membangun rumah Ma Epong, tiap hari di sela- sela tidak sibuk ia selalu menyempatkan diri untuk mengontrol melihat apa-apa saja yang kurang untuk di penuhi, bahkan setiap hari ketika ia mengontrol pekerjaan rumah Mak Epong, ia selalu sedih campur haru dan selalu ucap sukur kepada Allah SWT.
“Alhamdulillah, terimakasih atas nikmat mu ya Allah,”ucapnya dengan rasa syukur
Meski begitu, dalam pesan singkatnya, ia mohon maaf bukan bermaksud menonjolkan diri tapi dengan ini ia berharap kepada semua orang yang memiliki rezeki lebih agar selalu bersedekah melihat sekelilingnya. “Jangan sampai ada saudara-saudara kita yg makan saja serba kekurangan dan tidur pun tidak bisah lelap pada saat hujan tiba. Wassalamu alaikum wr..wb,” tutup pria yang enggan disebutkan namanya itu.
Laporan : Ulya Astriani
Editor : Falonk